Minggu, 19 Juli 2009

Densus 88 Amankan Saksi Kunci di Ritz-Carlton

JPNN - PENYIDIK Densus 88 Antiteror tak mau ambil risiko dalam mengamankan saksi-saksi dan korban. Mereka membuat ruang khusus di lantai tiga Hotel Ritz-Carlton untuk mengamankan mereka. "Yang kunci ada empat, dua resepsionis dua security," kata sumber Jawa Pos sembari menyebut identitas keempat orang itu.

Para saksi kunci itu dalam kondisi terluka, tapi tidak terlalu parah. Mereka dirawat dokter dari pusat kedokteran kesehatan Mabes Polri di hotel mewah tersebut.

Secara bergiliran tim Densus juga meminta keterangan para pegawai hotel. Kemarin mereka masuk dengan id card masing-masing secara urut. "Kami memang dipanggil, Mas," kata Andre, salah seorang pelayan restoran Airlangga Ritz-Carlton, kepada Jawa Pos.

Mereka ditanya soal aktivitas sehari-hari. "Saat kejadian saya masuk pagi, tapi belum sampai lokasi. Begitu sampai, sudah ada kejadian," kata Andre. Menurut dia, tamu restoran Airlangga tak harus menginap di Ritz-Carlton. "Bebas keluar masuk. Barang bawaan juga tidak diperiksa ketat," jelasnya.

Dalam rekaman CCTV yang beredar kemarin, tampak seorang pria berjas berjalan sambil menggantung tas laptop di pundak kanan. Beberapa saat setelah pria bertopi itu masuk ke restoran, bom me­ledak. "Saya bingung, Mas. Su­dah ya," katanya buru-buru pergi.

Kesaksian lain datang dari Didik Ahmad Taufik, 39, supervisor satpam Hotel J.W. Marriott. Didik sempat berkomunikasi dengan seseorang yang diduga tersangka peledakan.

"Sebelum kejadian dia ada di lobi. Waktu itu saya baru saja mu­lai siap-siap bekerja. Saya melihat dia, tapi saat itu tidak begitu pa­ham," kata Didik di RS Jakarta kemarin. Didik menjadi salah satu korban dengan luka di bawah telinga, kaki, dan tangan. Mukanya juga terkena serpihan kaca.

Dia sempat menegur pria berjaket hitam dan bertopi yang membawa traveller bag itu karena sempat celingak-celinguk. Ketika itu, sekitar pukul 07.30, pria tersebut sedang menuju lounge hotel. Saat ditawari bantuan, pria itu menjawab, "Saya mau ketemu bos saya." Pria itu mengaku hendak mengantarkan pesanan bosnya.

Didik lantas meminta salah se­orang pegawai restoran mengantarkan pria yang diduga pelaku. Setelah pelaku terlihat memasuki lounge, Didik berjalan berbalik arah. "Beberapa menit kemudian ada suara ledakan dan tiba-tiba saya sudah tertindih plafon," terangnya.

Seorang pegawai yang dimintai tolong itu diketahui bernama Dadang. "Menurut informasi, Dadang menderita luka cukup parah," sambungnya.

Didik baru menyadari bahwa pria yang ditegurnya adalah tersangka pelaku pengeboman setelah melihat rekaman CCTV. Lantas bagaimana ciri-cirinya? Didik mengaku tidak mengetahui secara detail. Namun, pria itu berkulit sawo matang, tinggi sekitar 170 sentimeter, dan usia 25-28 tahun.

Sebelumnya, Didik dirawat di RS Jakarta. Dia satu kamar dengan pe­gawai Hotel Marriott lainnya, Bambang Trianto. Bambang tidak mengalami luka cukup serius. Dia hanya shock karena berada di lokasi saat kejadian. Selain itu, Andri Tirta, seorang pegawai Marriott yang juga menjadi korban, disebut melihat orang yang diduga pelaku pengeboman. Namun, karena kondisi pendengarannya normal, dia tidak bisa diajak berbicara.

Kemarin SBY juga mengunjungi lokasi kejadian di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. Namun, hanya lima menit SBY di lokasi ter­sebut. SBY masuk dari basemen Ritz-Carlton, menyusuri lorong bawah tanah, dan keluar melalui pin­tu terowongan yang mirip halte bus­way di depan Hotel JW Marriott.

Tadi malam Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Nanan Sukar­na menjelaskan, di Restoran Air­langga Hotel Ritz-Carlton ada tiga badan, tapi yang satu hancur menjadi ser­pihan. Juga hanya ditemukan satu kepala. Kepala lain diyakini hancur. "Ada dua badan satu kepala. Tapi, kepala itu tidak se­suai dua badan itu. Jadi, badan yan­g ketiga hancur. Dari dua badan itu, yang satu wanita tanpa kepala," katanya. Diduga kuat badan yang hancur itu adalah badan pengebom.

0 komentar:

Posting Komentar

Suara Merdeka CyberNews