Minggu, 16 Agustus 2009

the Declaration of Independence

PROKLAMASI 

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta



Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 64th yang lalu, Jumat 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta di Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
SEJARAH :

6 Agustus 1945, bom Atom dijatuhkan di kota Hiroshima  Jepang, oleh sekutu yang menyebabkan penurunan semangat bala tentara Jepang diseluruh dunia. 
7 Agustus 1945, BPUPKI atau Dokuritzu Zyunbi Choosakai, diganti menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau  Dokuritzu Zyunbi Inkai, untuk lebih menegaskan keinginan kemerdekaan Indonesia.
9 Agustus 1945, bom atom  dijatuhkan di kota Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. 
Soekarno, M Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat mantan ketua BPUPKI berangkat ke Dalat, 250 km  timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Dikabarkan bahwa pasukan Jepang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. 
Tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja  PPKI.

Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir setelah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.
Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang.
Tentara Jepang masih berkuasa di Indonesia karena saat itu Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Syahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC
Soekarno dan M Hatta mendatangi penguasa militer Jepang  untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Medan Merdeka. Namun kantor tersebut kosong.
Setelah itu Soekarno dan M Hatta bersama Soebardjo  ke kantor Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara . Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. 
Sepulang dari Maeda, Soekarno dan M Hatta segera mempersiapkan pertemuan PPKI pada pukul 10 pagi tanggal 16 Agustus keesokan harinya di Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak terlaksana karena Soekarno dan M Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan M Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.


Sementara itu di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Soekarno dan M Hatta kembali ke Jakarta. 
Mayor Jenderal Moichiro Yamamotot, Kepala Staf Tentara ke XVI  yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 September 1995 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda  diiringi oleh Myoshi  untuk menyiapkan rapat penyusunan teks Proklamasi.
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Soekarno, M Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir  Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Soekarno dan M Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. 
17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Pembacaan teks Proklamasi dimulai pada pukul 10:00 oleh Soekarno . Kemudian dilaksanakan pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat seorang prajurit PETA, adapun bendera Merah Putih dijahit oleh  Fatmawati.
Setelah bendera berkibar, dinyanyikan lagu Indonesia Raya.

18 Agustus 1945, PPKI  mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar  sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai
UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik  dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat  yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Otto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.


0 komentar:

Posting Komentar

Suara Merdeka CyberNews