Jumat, 14 Agustus 2009

Tim Pelacak Noordin Ditarik ke Jakarta

JOGJAKARTA - JPN - Memburu gembong teroris Noordin M. Top memang tidak mudah. Sebuah sumber di kepolisian menyebut, saat ini sejumlah tim pelacak Noordin yang semula ditempatkan di berbagai daerah mulai ditarik ke Jakarta.

Yang pertama ditarik adalah tim di Temanggung, kedua tim Jogja, dan terakhir tim Surabaya. "Mentah lagi. Kami kehilangan jejaknya (Noordin, Red)," tutur sumber itu.

Di Temanggung, tim ditarik karena kawasan tersebut dirasa sudah "klir". "Memang masih ada sejumlah nama yang kami identifikasi dan awasi. Tapi, tampaknya mereka tiarap. Percuma, tidak akan ada informasi baru yang bisa didapat," tambahnya.

Begitu pula halnya di Jogja. Di Kota Gudeg, ada tim yang mengawasi salah seorang ustad ternama. Bukan sang ustad yang diawasi, melainkan para tamu. "Ada dugaan komplotan Noordin bakal bertandang ke ustad tersebut," urainya. Namun, hasilnya nihil. Padahal, tempat itu sudah diawasi selama hampir seminggu. "Belum ada tamu signifikan yang datang," tambahnya.

Selain itu, sumber tersebut mengatakan bahwa tim di Solo belum ditarik. Itu terkait dengan acara pemakaman Air Setiawan yang dihadiri sejumlah nama-nama lama yang diduga pernah terlibat dengan jaringan Noordin. "Belum ada indikasi apa pun dari pemakaman. Tapi, kami antisipasi saja, kalau-kalau ada salah satu yang kami buru ikut dalam pemakaman tersebut," tambahnya.

Sedangkan tim di Surabaya sudah ditarik Rabu lalu (12/8). Tim itu sebelumnya ditugaskan untuk memburu sejumlah nama. Di antaranya, Nur Chandra, wali nikah Noordin pada 2004 yang juga terlibat dalam penyelundupan bahan peledak ke Poso. Bahan peledak itu sebelumnya diantar dari Jogjakarta, berasal dari kelompok Abu Dujana.

Namun, hingga Rabu, tim di Surabaya belum juga menemukan hasil yang signifikan. "Ada beberapa hasil, tapi belum cukup signifikan. Artinya, kami masih belum menemukan keterkaitan langsung antara kelompok Surabaya dengan jaringan Noordin di Jawa Tengah," imbuhnya.

Rencananya, tim-tim yang ditarik dari tiga kota tersebut melakukan anev (analisis dan evaluasi) terkait dengan temuan-temuan yang ada untuk melokalisasi kemungkinan tempat Noordin bersembunyi. "Kami masih berharap menemukannya dalam waktu dekat. Sebab, pasca peledakan, kami sudah sangat sedekat itu," ungkap dia, kemudian menempatkan jari telunjuk dan jempol tangan nyaris berimpitan.

Namun, penggerebekan "salah orang" di Temanggung betul-betul mengacaukan semuanya. "Kami bakal evaluasi lagi. Apakah kami terlalu cepat masuk atau lambat mengepungnya. Sehingga, jelas-jelas Noordin yang kami lacak setelah dari Bekasi tiba-tiba menghilang. Kami masih belum mengetahui cara dia menghilang," tambahnya.

Sementara itu, sumber tersebut menambahkan bahwa Ibrohim memang tak pernah punya "pengalaman tempur". "Hingga kini (tadi malam, Red) belum ada catatan dia pernah terlibat dalam plot serangan sebelumnya," ungkap dia. Sejauh ini, paling banter, dia membantu pengumpulan bahan, dititipi untuk mengantar bahan bom, dan menjadi kurir.

Dia menjelaskan, dengan menjadikan Ibrohim sebagai koordinator lapangan, sumber daya Noordin untuk menjalankan plot semakin terbatas. "Berdasar perhitungan kami, dengan posisinya, Ibrohim sebenarnya jauh lebih bisa membuat bom yang berdaya ledak besar," tegasnya.

Selain itu, sumber tersebut menyatakan bahwa rute pelarian Ibrohim menunjukkan bahwa dia bukan koordinator lapangan yang andal. "Tempat persembunyiannya bisa dilacak dan membuat kami begitu dekat dengan Noordin," ucapnya. Rute-rute pelariannya sama dengan rute bom tersebut, tapi dibalik. Yakni, dari Bekasi, Cilacap, Boyolali, Jogjakarta, kemudian Temanggung.

Markas Noordin

Rumah singgah atau rumah perlindungan (safe house) kelompok Noordin M. Top satu demi satu dibongkar. Polisi berhasil menggerebek dua di antaranya, yakni yang di Perumahan Puri Nusaphala, Jatiasih, Bekasi, dan di jalan Pondok Jaya I Pela, Mampang, Jakarta Selatan.

Polisi yakin masih ada safe house lain yang belum terdeteksi. "Kami sedang melakukan interogasi serius terhadap Amir Abdillah alias Ahmad Feri soal safe house ini. Tapi, dia mengaku tidak ada lagi selain Jatiasih," ujar sum­ber di kepolisian kemarin.

Amir Abdillah adalah penjaga safe house Jatiasih yang dicokok Densus 88 saat hendak menjemput Yayan, calon pengantin. Dia kini berada dalam sebuah tempat yang dirahasiakan. "Sama seperti Aris dan Indra (keponakan Muh Djahri yang ditangkap di Temanggung), dia berbelit," kata sumber itu.

Benarkah polisi terjebak metode taqiyah (berpura-pura, Red) se­hingga susah mengorek informasi valid? Perwira itu tidak mengiyakan, namun juga tidak menyanggah. "Sejauh yang bisa saya ja­wab, mereka benar-benar sudah dicuci otak oleh Noordin," katanya.

Polisi juga menduga sebuah rumah di Kampung Bojong, Kelurahan Cimahpar, Kecamatan Bo­gor Utara, Kota Bogor, sebagai salah satu safe house yang lain. Di tempat itu Rabu malam (12/08) ditemukan sejumlah besar ramuan bom berdaya ledak tinggi. "Tapi, hingga sekarang kita belum bisa mengendus jejak penyewa atau pemilik barang-barang itu," ujarnya.

Wakil Kepala Divisi Humas Ma­bes Polri Brigjen Sulistyo Is­hak menjelaskan, penyelidikan soal asal bahan peledak di Bogor ma­sih berlangsung. "Prosesnya ditangani Densus 88 Mabes Polri. Kita mendapatkan informasi rumah itu dari warga," kata Sulistyo di kantornya kemarin (13/08).

Menurut sumber Jawa Pos, saat ini Noordin diyakini punya beberapa safe house di sekitar Jakarta. Lo­kasinya diperkirakan ada di tempat-tempat strategis. "Di mana dan be­rapa tepatnya, itulah yang sedang kami telusuri. Kita berharap Amir Abdillah menjadi kunci," katanya.

Sejumlah perwira senior Densus 88 Mabes Polri kini sudah ber­ada di Jakarta. Mereka ber­konsentrasi untuk mengamankan peringatan hari ulang tahun kemerdekaan 17 Agustus 2009 nan­ti. "Jangan kaget kalau suasana sekitar Istana Merdeka nan­ti seperti suasana persiapan perang," kata sumber itu.

Noordin memang cermat dalam menyiapkan safe house. Rumah di Pondok Jaya, Pela Mampang, Jakarta Selatan, misalnya, sangat rapat dengan permukiman warga. Di depannya bahkan ada minimarket. "Mereka sering berbelanja di sini. Yang saya kenali Ibrohim (florist Ritz-Carlton) dan Danni Dwi Permana (pengebom JW Marriott)," kata Heni, penjaga minimarket itu, kemarin.

Rumah berukuran 8 x 15 meter itu juga hanya 100 meter dari Masjid Khusnul Khotimah. Masjid itu sangat ramai. Bahkan, Masjid Khusnul Khotimah juga menjadi sekretariat Forum Silaturrahmi Pengurus Masjid dan Musala Se-Pela Mampang yang diresmikan oleh Rhoma Irama pada 2007. "Dia jarang ke masjid ini," kata Haji Sulaiman, salah seorang warga, saat ditemui Jawa Pos kemarin.

Ibrohim diduga tinggal bersama Nana Maulana (pengebom Ritz-Carlton) dan Danni sejak 2 Juni hingga 17 Juli. Setelah aksi sukses, Ibro­him sembunyi di safe house Ja­tiasih yang sudah dipersiapkan Amir Abdillah. "Mereka memang selalu punya markas cadangan. Itu sudah standar operasi baku bagi kelompok ini," kata sumber Jawa Pos.

Sementara itu, pemilik material bom berdaya ledak tinggi yang ditemukan dalam gudang di Kampung Bojong, Cimahpar, Bogor Utara, Bogor, Rabu malam (12/8), masih misterius. Namun, polisi menduga bahan-bahan tersebut milik Eko Joko alias Eko Peyang, salah seorang teroris yang tewas di Jatiasih, Bekasi.

''Ada saksi yang melihat sosok Eko Peyang yang sering muncul di tele­visi pernah mendatangi gudang tersebut," kata Kapolwil Bogor Kombes Pol Agung Sabar Santoso.

0 komentar:

Posting Komentar

Suara Merdeka CyberNews