Rabu, 23 September 2009

Mudik


Mudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga menengok orang tua. Tradisi mudik ini hanya ada di Indonesia


Tidak hanya oleh kaum pekerja saja yang melakukan tradisi ini. Mudik juga dilakukan mereka yang merantau untuk menempuh jenjang pendidikan di luar kota kelahirannya. Mereka yang melakukan aktivitas mudik dapat dikatakan sedang memenuhi tuntutan sukmanya untuk bertemu dan berakrab-akrab kembali dengan asal-usulnya.Relevansi kembali ke asalnya bertepatan dengan momentum Idul Fitri sebagai perwujudan kembali ke fitrah. Sejauh apapun manusia melangkah dan berbuat hendaknya janganlah melupakan asal kehidupannya sebagai makhluk Tuhan (lupa kacang dengan kulitnya).

Dengan kembali ke kampung halaman, bertemu dengan keluarga dan teman-teman yang lama ditinggalkan seakan mendapatkan kejernihan emosi dan pikiran serta kebahagiaan.

Barangkali tradisi mudik ini akan perlahan menghilang dimakan jaman ketika pemerataan pembangunan dan ekonomi berjalan dengan baik di negeri ini. Tidak ada lagi orang-orang desa yang berduyun-duyun ke kota besar untuk mencari pekerjaan jika di desanya sendiri sudah makmur dalam kehidupannya. 

 
Dengan kata lain sumber ekonomi tidak terpusat hanya di kota-kota tertentu saja. Namun apakah mungkin?

Ada hal yang menarik dari makna mudik, dalam hal ini pemudik dari kota besar secara tidak sengaja dan secara langsung telah memperkenalkan produk-produk kota yangbelum banyak dijumpai di desa kelahirannya. Hal yang paling mudah dilihat adalah ketika dering ponsel akan terdengar dimana-mana akan mengajarkan betapa pentingnya komunikasi langsung, secara cepat dan tanpa basa-basi. Disampping masih banyak lagi yang lainnya. Gaya hidup sebagai orang kota akan diterapkan kala kembali ke desa, selain itu mereka akan membawa banyak pengertian baru bagi mereka yang jauh di pelosok tentang artinya sukses, kerja keras, dan tentang betapa telah tertinggalnya mereka yang hanya hidup di desa.

Dengan gegap gempitanya mereka menceritakan bagaimana gaya hidup dikota yang begitu gemerlap, sampai pada ukuran kesuksesan yang disimbolkan dengan merek ponsel seharga beberapa  kwintal beras.
Menjadikan tetangga-tetangganya yang sehari-hari hanya bergelut dengan lumpur disawah dan bertani tanpa bisa menikmati hasil yang begitu menggiurkan seperti temannya yang bekerja dikota, berlomba-lomba mengadu nasib di kota-kota besar yang menyediakan berbagai mimpi yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya. Tentunya dengan keterbatasan keterampilan dan pendidikan akan sangat sulit bagi semua orang desa untuk menggapai segudang impian di kota.


Sudah jamak bila kita lihat saat arus balik, akan lebih besar daripada saat arus mudik. Perantau-perantau baru menjejali kota-kota besar seperti Jakarta setiap tahun selepas Lebaran. Namun pernahkan kita semua berpikir apa yang sedang terjadi di desa seperti sekarang ini?



Tentunya masih banyak lagi persdoalan berkaitan dengan Mudik dan masalah-maslah yang ditimbulkannya. Indonesia bukan Jakarta, persoalan Indonesia bukan hanya persoalan Ibukota, namun menjadi persoalan kita semua.


0 komentar:

Posting Komentar

Suara Merdeka CyberNews