Suara Merdeka - Dua warga Desa Tlagasana, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, tewas tenggelam di sungai desa setempat, Rabu (27/1) pukul 06.30. Zaenuri (30) dan istrinya Maryati (27) ditemukan setelah satu jam pencariaan.
Informasi sejumlah saksi yang berhasil dihimpun Suara Merdeka, suami istri yang hendak berangkat memanen jagung itu, nekat menyeberangi sungai Tlagasana.
Padahal, sungai tersebut banjir setelah diguyur hujan pada malam harinya. Suami istri yang menyeberang dengan bergandeng tangan itu, tak kuasa menahan derasnya sungai. Keduanya terbawa derasnya dan hanyut.
”Saya sudah memperingatkan untuk tidak menyeberang, karena sungai sedang besar. Tapi, tetap saja nekat menyeberang. Kemungkinan, karena terpeleset sehingga tenggelam,” kata Muslani (40) saksi mata kejadiaan.
Minta Bantuan
Dia mengatakan, suami istri yang meninggalkan satu anak berusia dua tahun itu, terlihat melambaikan tangan untuk meminta bantuan. Namun, derasnya air sungai membuatnya tak kuasa untuk menolong. Selang beberapa detik, keduanya sudah tidak terlihat.
”Saya langsung berteriak minta tolong. Saya bersama warga menyelusuri sungai itu hingga sekitar 1 km,” terangnya.
Kepala Desa Tlagasana Siti Ariyah menjelaskan, suami istri itu berencana pergi ke lahan pertanian untuk panen jagung. Keduanya menyeberang dengan membawa keranjang untuk tempat jagung. Namun, karena bebatuan licin sehingga terpeleset dan tenggelam.
”Suami istri itu ditemukan pada pukul 07.30. Keadaan tubuhnya memar karena terbentuk bebatuan. Kami sudah membawa kedua mayat itu ke puskesmas untuk divisum. Kedua jenazah dikubur pada pukul 10.00,” katanya.
Koordinator Tim SAR Kabupaten Pemalang, Yupieter mengatakan, pihaknya tidak sempat melakukan pencarian. Sebab, informasi yang diterimanya terlambat. Rombongan tim SAR datang ke lokasi setelah kedua warga tersebut ditemukan.
”Kami menghimbau kepada warga untuk berhati-hati saat menyeberang. Sebab, curah hujan di wilayah Pemalang selatan sangat tinggi. Hal itu membuat aliran sungai meluap dan deras. Selain itu, warga juga harus mewaspadai bencana alam lainnya selama musim penghujan,” himbaunya.
Informasi sejumlah saksi yang berhasil dihimpun Suara Merdeka, suami istri yang hendak berangkat memanen jagung itu, nekat menyeberangi sungai Tlagasana.
Padahal, sungai tersebut banjir setelah diguyur hujan pada malam harinya. Suami istri yang menyeberang dengan bergandeng tangan itu, tak kuasa menahan derasnya sungai. Keduanya terbawa derasnya dan hanyut.
”Saya sudah memperingatkan untuk tidak menyeberang, karena sungai sedang besar. Tapi, tetap saja nekat menyeberang. Kemungkinan, karena terpeleset sehingga tenggelam,” kata Muslani (40) saksi mata kejadiaan.
Minta Bantuan
Dia mengatakan, suami istri yang meninggalkan satu anak berusia dua tahun itu, terlihat melambaikan tangan untuk meminta bantuan. Namun, derasnya air sungai membuatnya tak kuasa untuk menolong. Selang beberapa detik, keduanya sudah tidak terlihat.
”Saya langsung berteriak minta tolong. Saya bersama warga menyelusuri sungai itu hingga sekitar 1 km,” terangnya.
Kepala Desa Tlagasana Siti Ariyah menjelaskan, suami istri itu berencana pergi ke lahan pertanian untuk panen jagung. Keduanya menyeberang dengan membawa keranjang untuk tempat jagung. Namun, karena bebatuan licin sehingga terpeleset dan tenggelam.
”Suami istri itu ditemukan pada pukul 07.30. Keadaan tubuhnya memar karena terbentuk bebatuan. Kami sudah membawa kedua mayat itu ke puskesmas untuk divisum. Kedua jenazah dikubur pada pukul 10.00,” katanya.
Koordinator Tim SAR Kabupaten Pemalang, Yupieter mengatakan, pihaknya tidak sempat melakukan pencarian. Sebab, informasi yang diterimanya terlambat. Rombongan tim SAR datang ke lokasi setelah kedua warga tersebut ditemukan.
”Kami menghimbau kepada warga untuk berhati-hati saat menyeberang. Sebab, curah hujan di wilayah Pemalang selatan sangat tinggi. Hal itu membuat aliran sungai meluap dan deras. Selain itu, warga juga harus mewaspadai bencana alam lainnya selama musim penghujan,” himbaunya.
0 komentar:
Posting Komentar