Jumat, 27 Februari 2009

Peran TI dalam penanganan bencana

Berkaca dari bencana alam yang terjadi silih berganti. Gempa bumi di Kabupaten Nabire dan Kabupaten Alor, tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Sumatra Utara, letusan Gunung Merapi dan gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, dan tsunami di pantai selatan Jawa. Selain itu juga ada gempa bumi di Provinsi Bengkulu dan masih banyak lainnya.

Kehancuran dan kerusakan akibat bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus ternyata begitu dahsyat. Proses rehabilitasi bencana juga akan memakan biaya sangat tinggi bila hanya dilakukan secara manual dan tidak terkoordinasi dan terintegrasi satu sama lain. Maka, dibutuhkan sistem dan perangkat penunjang yang disebut teknologi informasi.

Sebagai contoh, dalam proses penanganan bencana alam Tsunami di NAD, Badan Pelaksana BRR Aceh-Nias didukung oleh Yayasan Air Putih yang menyediakan 21 akses VSAT dan Wi-Fi sebagai backbone, telecenter di 21 kabupaten/kota, network operating system di BPDE Provinsi Aceh, dan dilengkapi dengan Aceh Geospatial Information Mapping Center.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) telah menggandeng Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia, ATVSI, ORARI, dan Yayasan Air Putih membangun sistem komunikasi data serta informasi gempa bumi dan tsunami guna memberikan pemberitahuan dalam jangka waktu sekitar lima menit setelah ada tanda-tanda bencana kepada masyarakat.


Aplikasi sistem peringatan dini (Early Warning System) tersebut terdiri dari media server, base transceiver station (BTS), dan koneksi Internet untuk menghubungkan sistem BMG dan operator seluler dan kemudian diteruskan kepada sejumlah pihak melalui layanan pesan singkat.

BMG melalui nomor 2303 memberikan informasi mengenai bencana yang mungkin akan terjadi dalam jangka waktu lima menit setelah adanya tanda-tanda dari alam.

Kriteria bencana yang diinformasikan oleh BMG ke nomor-nomor tertentu adalah bencana gempa bumi dengan kekuatan minimal 7 skala Richter, kedalaman pusat gempa kurang dari 40 kilometer, dan terjadi tanda-tanda deformasi vertikal pada dasar laut yang dikhawatirkan mengakibatkan tsunami.

BMG bersama Kementerian Ristek, ITB, dan LIPI, akan membangun sistem TI yang lebih canggih lagi yang terintegrasi pada sejumlah instansi pemerintah terkait seperti Departemen Perhubungan, Depkominfo, Departemen Pekerjaan Umum. Selain itu, Kantor Menko Kesra dan Depsos, Depkes, Dephankam, dan POLRI serta Bakornas.

Input dalam sistem tersebut didapat dari sensor dan monitor getaran seismik yang dipasang dan dapat langsung menangkap data gelombang laut dan deformasi kerak bumi. Sensor tersebut terdiri dari seismograph yang terpasang 73 unit dari rencana 160 unit, dan accelerograph yang terpasang 51 unit dari rencana 500 unit.

Data input itu akan melalui proses data yang terdiri dari pengolahan otomatis, proses pengecekan silang, dan database. Hasil olahannya kemudian diinformasikan lewat berbagai media ke pihak-pihak terkait lewat Internet, satelit, SMS, faksimile, telepon, serat optik, dan penyiaran radio dan televisi.

Peringatan dini

Sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami Indonesia (InaTWS) dibangun di 10 titik regional dengan Jakarta sebagai pusat nasionalnya. Antarpusat InaTWS telah dihubungkan jaringan seismik pita lebar yang berdampingan dengan jaringan-jaringan serupa milik Jepang, Jerman, dan China.

POLRI juga memiliki sistem tersendiri yang khusus untuk keperluan penanganan bencana alam. Teknologi informasi yang digunakan Polri dalam diseminasi informasi bencana alam adalah dengan menggunakan jaringan komunikasi VSAT-IP, VPN-IP, dan VPN dial yang terkoneksi sampai tingkat Polres/Ta di Seluruh Indonesia.
Implementasi diseminasi informasi bencana alam yang dikirimkan oleh BMG akan diterima oleh server EWS di Mabes Polri. Informasi tersebut selanjutnya akan diteruskan kepada satuan wilayah Polda, Polres yang terkena bencana, dan Polres-Polres di sekitarnya melalui jaringan VSAT-IP dan VPN-IP.
Sementara itu, informasi yang diterima Polsek menggunakan sarana komunikasi radio. Ada pun informasi yang diteruskan oleh Mabes Polri ke satwil Polda berupa audio, teks, faksimili dan SMS yang dikirimkan dalam kurun waktu kurang dari satu menit.

Salah satu aplikasi EWS yang disediakan oleh Yayasan Air Putih dapat anda download disini.

0 komentar:

Posting Komentar

Suara Merdeka CyberNews