Jawa Pos- Meski bukan pelaku utama, mengungkap lebih jauh identitas Ibrohim Muharram dan benarkah dia berperan dalam peledakan di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton dianggap cukup penting.
Bahkan, dari hasil pengembangan penyelidikan tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri, diperoleh data bahwa kakak Ibrohim berinisial Spr mengetahui rencana teror yang dilancarkan 17 Juli lalu tersebut.
Karena itu, kini Densus 88 sedang memburu Spr, selain menelusuri jejak Ibrohim. ''Diduga, dia (Spr) mengetahui soal safe house tempat menyimpan bom selama di Jakarta sebelum dibawa masuk ke hotel,'' ujar seorang sumber di lingkungan kepolisian yang ikut menelusuri jejak pelaku teror itu.
Sebagaimana pernah diberitakan, menurut seorang sumber yang bisa dipercaya, sebelum bom diledakkan di Marriott dan Ritz-Carlton, diduga bom tersebut disimpan di sebuah safe house di Jakarta sejak Mei lalu. Bom disimpan dulu sambil mempelajari situasi dan kondisi di lokasi pengeboman.
Sumber itu juga memaparkan alur perjalanan bom. Yakni, bahan-bahan diambil dari Cilacap, kemudian dirangkai di Boyolali, terus dibawa ke Jakarta lewat Jogja.
Ada dua kemungkinan soal keberadaan Ibrohim maupun Spr. Pertama, mereka bersembunyi di satu tempat. Kemungkinan kedua, mereka bersembunyi di tempat yang berbeda. ''Kalau berhasil menemukan salah seorang di antara mereka, itu akan lebih memudahkan kami. Syukur-syukur bisa menemukan keduanya,'' katanya.
Penjelasan yang disampaikan sumber Jawa Pos soal Ibrohim dan kakaknya tersebut, tampaknya, klop dengan cerita Andi Suhandi sebelumnya. Andi adalah teman Ibrohim ketika sama-sama bekerja di Chynthia Florist, perusahaan yang menyuplai kebutuhan bunga untuk Ritz-Carlton dan JW Marriott.
Andi mengungkapkan, dirinya sebelumnya tinggal sekontrakan dengan Ibrohim di Jalan Exauri, Kuningan Timur. Tapi, sejak Mei, Ibrohim pindah. Katanya kepada Andi, Ibrohim pindah untuk tinggal bersama kakaknya di kawasan Condet.
Apakah kakak Ibrohim yang dimaksud itu adalah Spr? Jika memang benar kakak Ibrohim tersebut adalah Spr, apakah berarti kakak beradik itu tinggal bersama sejak Mei untuk ikut merencanakan teror? Apakah Condet itu adalah alamat safe house untuk menyimpan bom yang akan diledakkan di Marriott dan Ritz-Carlton?
Kebenaran dan keterkaitan berbagai pertanyaan tersebut dengan teror sedang diselidiki tim Densus 88. Sejauh ini, yang lebih mudah ditelusuri jejaknya adalah Ibrohim. Hal itu bisa dilakukan dengan menelusuri jejaknya di TKP (lokasi ledakan) di Hotel JW Marriott maupun Ritz-Carlton.
Kemarin siang, penyelidik dari Densus 88 dan Satgas Bom kembali melakukan olah TKP. Dalam olah TKP tertutup yang diwarnai hujan deras tersebut, polisi kembali menyusuri pusat ledakan di Marriot dan Ritz-Carlton.
Kabidpenum Mabes Polri Kombes Pol Ketut Yoga Ana menjelaskan alasan dilakukannya kembali olah TKP itu. Yakni, untuk mengetahui lebih jelas plot pengeboman. ''Kami akui, belum semua gambaran secara detail kronologi tersebut diketahui. Termasuk semua potongan fakta yang ada. Belum diketahui semua hubungannya,'' kata perwira dengan tiga mawar di pundak tersebut.
Menurut seorang sumber di kepolisian, dalam olah TKP tersebut, yang paling lama disisir adalah kamar 1808 di JW Marriott. Semua diperiksa ulang, termasuk semua sidik jari yang tertinggal. Kendati tetap belum bisa mengungkap identitas siapa pun, olah TKP kemarin memberikan sejumlah hasil.
''Diduga kuat, ada tiga orang saja yang pernah berada di sana. Itu setelah kami menemukan tiga sidik jari yang berbeda,'' ujar sumber tersebut.
Sidik jari itu ditemukan di gagang pintu kamar mandi, lemari, sejumlah barang, dan di rangkaian bom yang ditemukan dalam keadaan aktif di kamar tersebut. Selain itu, belum ada hasil signifikan lain yang mengarah ke bukti baru.
Ketika ditanya soal Ibrohim, kaitannya dengan Nur Said dan dua pelaku bom bunuh diri, Ketut menyatakan pihaknya masih menelusuri. ''Kami belum bisa mengeluarkan pernyataan apa pun sebelum semua jelas. Soal Nur Said ataupun Ibrohim, itu kan dugaan media saja. Yang jelas, kami masih belum memastikan. Semua masih didalami,'' tegasnya.
Identik Teror Mindanao
Aksi teror bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton pekan lalu diindikasi indentik dengan serangan di Poso dan Mindanao, Filipina. Keterkaitan ledakan bom di Mega Kuningan dan Mindanao itu juga diakui polisi Filipina.
Menurut Penasihat Keamanan Nasional Filipina Norberto Gonzales, karakter bom yang menewaskan enam orang dan 100 luka-luka di Mindanao hampir sama dengan serangan bom di Mega Kuningan, Jakarta. ''Kemampuan membuat bom, bersembunyi, dan pola-pola serangan nyaris sama,'' kata Gonzales seperti dilansir AFP.
Bahkan, Mabes Polri juga menyebut aksi teror di Kuningan dilakukan dengan modifikasi yang lebih baik. ''Bila dulu dilakukan dari luar, artinya menggunakan bom mobil berkekuatan ledak tinggi, kini cukup menggunakan bom bunuh diri ransel. Artinya, lebih efisien,'' ucap seorang perwira yang terlibat penangkapan para tersangka bom Bali. Hal itu terbukti dalam dua serangan bom terakhir, seperti di bom Bali II serta bom Marriott dan Ritz-Carlton.
Namun, lanjut dia, pola serangan itu berbeda. Bila dulu, pelaku melakukan survei baru kemudian memasukkan bahan peledak secara bertahap ke kota target. Dalam serangan kali ini, bom-bom tersebut dirakit di Boyolali dan masuk Jakarta dua bulan lalu. Baru kemudian menetapkan target dan melakukan survei.
Hal itu dibenarkan Kabidpenum Mabes Polri Kombespol Ketut Yoga Ana. ''Pelaku memang belum bisa dipastikan. Tapi, sudah ada dugaan-dugaan ke jaringan kelompok lama,'' kata Ketut.
Polisi kali ini memang sedang mengarahkan penyelidikan bahwa serangan bom di Mega Kuningan itu dilakukan Jamaah Islamiyah (JI). Itu dibenarkan pengakuan para anggota senior JI.
''Wajar kalau semua pelacakan teror bom tersebut selalu mengarah ke kami (JI, Red). Sebab, bahan-bahan, cara pembuatan, dan resepnya sama. Memang satu perguruan,'' ucap seorang anggota senior JI.
Ciri operasi, lanjut dia, juga diketahui selalu sama. Yakni, berani menggunakan bom bunuh diri, memakai ramuan black powder. ''Dulu biasa menggunakan TNT sebagai booster. TNT tersebut bisa didapatkan dari bekas peledakan tambang. Biasanya dijual nelayan di Bau-Bau seharga Rp 50 ribu per kilo,'' tambahnya. Jejak terbaru ditemukan pada bom yang tertinggal di kamar 1808 dalam peledakan bom di JW Marriot dan Ritz-Carlton Jumat lalu (17/7).
Buktinya, rangkaian detonator bom itu identik dengan yang digunakan JI Poso, yang masuk ke Poso dari Moro dan Mindanao melalui perairan Sulawesi Utara. ''Memang semua berkaitan. Memang panjang jejaknya dan struktur utama JI sudah berantakan. Boleh dibilang tinggal nama,'' tuturnya.
Minggu, 26 Juli 2009
Densus 88 Buru Kakak Ibrohim
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar