Korps TNI-AU tidak bisa khidmat ketika memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-101, Rabu (20/5). Menyusul jatuhnya pesawat angkut jenis C-130 Hercules Alpha 1325 di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, sekitar pukul 06.30.
Informasi terakhir dari RS Lanud Iswahyudi korban yang meninggal 101 orang.
Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI-AU Marsekal Pertama TNI F.H.B. Soelistyo, pesawat tersebut mengangkut 110 orang. Mereka terdiri atas 99 penumpang dan 11 kru. ''Salah satu korban meninggal ada satu perwira tinggi, yaitu Marsekal Pertama Harsono, Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional IV Biak".
Pesawat dengan Pilot Kapten Mayor Danu Setiawan dan Copilot Kapten Younan tersebut berangkat dari Lanud Halim Perdanakusuma dengan rute penerbangan Jakarta, Magetan, Makassar, Kendari, Ambon, dan Biak. Belum diketahui secara pasti penyebab jatuhnya pesawat itu.
Hidayah, warga Geplak yang rumahnya hanya 100 meter dari lokasi kejadian, menuturkan, saat mandi dirinya terkejut begitu mendengar suara keras benda jatuh. ''Saya langsung lari hanya dengan mengenakan pakaian seadanya. Ya Allah, ada pesawat jatuh. Tetangga juga langsung ke lokasi. Tapi, mereka tidak berani mendekat karena api berkobar dan terdengar letusan kecil-kecil,'' ujarnya. Tak lama kemudian, terdengan teriakan minta tolong dan jeritan korban dari dalam kabin pesawat. ''Ngeri Mas saat masuk ke pesawat. Yang teriak, saya tolong. Semampu kami. Yang masih hidup diselamatkan,'' tuturnya.
Menurut kesaksian warga, sayap kiri pesawat terbakar di udara dan jatuh sekitar 500 meter dari area jatuhnya Hercules. Pesawat kehilangan kendali dan terbang rendah sebelum menerjang tiga rumah. Lalu menghantam bambu dan pohon trembesi di belakang rumah Parmo, warga Geplak. Pesawat kemudian terbelah dan terbakar di area persawahan Geplak.
''Waktu itu, saya masih tidur. Tapi, kaget saat ada suara genting jatuh yang disertai deru angin sangat kencang,'' kata Parmo yang mengaku beberapa genting rumahnya rontok karena diempas pesawat.
Salah satu rumah warga yang diterjang pesawat adalah rumah Rusmin. Istri Rusmin, Sumiati, yang pagi itu sedang memasak air, menjadi korban. Dia meninggal seketika karena runtuhan rumah dan terbakar.
Agus Julian, warga Desa Patihan, Kecamatan Karas, menyatakan, sekitar dua kilometer dari lokasi kejadian, beberapa bagian pesawat mulai jatuh. Pesawat juga mengeluarkan asap. ''Saya lihat sendiri pesawat itu oleng dan mengeluarkan asap,'' ujarnya.
Rumah Samsudin, warga RT 2, RW 3, Desa Geplak, yang jarak sekitar 500 meter dari lokasi kejadian, juga menjadi korban. Akibatnya, atap rumahnya hancur dan sejumlah perabot rusak. ''Untungnya, saat itu saya berada di luar rumah. Sayap pesawat masih ada di atap rumah saya,'' jelasnya.
Kamsiya, warga yang rumahnya hanya berjarak sekitar 100 meter dari kejadian, menuturkan, sekitar pukul 06.30 WIB, terdengar suara gemuruh pesawat dari arah barat. Kemudian, terdengar lima kali ledakan. ''Saya kaget dan melihat ke luar rumah,'' ujarnya.
Setelah itu, dia melihat pesawat menabrak pohon trembesi dan bambu serta rumah tetangganya. Sejurus kemudian, asap tebal mulai menyelimuti areal jatuhnya pesawat. Karena takut, dia kemudian berteriak meminta tolong ke warga lain. ''Saya tidak berani mendekat,'' jelasnya.
Tidak lama kemudian, tim penyelamat dari Lanud Iswahjudi yang dibantu tim TNI-AD, Polri, pemkab, dan dinas kesehatan tiba di lokasi untuk mengevakuasi korban. Seorang anak berusia 4 tahun terlihat masih selamat dan langsung dilarikan ke RS Lanud Iswahyudi.
Untuk memudahkan pencarian korban, badan pesawat Hercules dipotong jadi dua bagian.
Terkait penyebab jatuhnya pesawat, TNI AU melalui Kapentak Lanud Iswahjudi Mayor Sutrisno menyatakan bahwa saat ini masih diselidiki. Sumber Pentak Lanud Iswahjudi, Magetan menyatakan, Hercules A-1325 itu bertolak dari bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, menuju Lanud Iswahjudi di Magetan.
Kontak pertama dengan Lanud Iswahjudi dilakukan Hercules A-1325 pada pukul 06.19. Ketinggiannya saat itu 112 ribu feet, menuju 7 ribu feet. Sekitar pukul 06.22, ada kontak lagi. Posisi pesawat 7 ribu feet, menuju 3 ribu feet. ''Kondisi cuaca dilaporkan dalam keadaan normal,'' jelasnya.
Sekitar pukul 06.27, posisi final pesawat berada di ketinggian 1.000 feet. Tower Lanud Iswahjudi pukul 06.28 memerintah pesawat run away in slight atau landasan siap. Namun, sekitar pukul 06.29 tower kehilangan kontak (lost contact) dengan Hercules. ''Belum diketahui penyebab jatuhnya pesawat Hercules di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Magetan,'' kata Sutrisno.
Musibah yang menewaskan banyak korban itu adalah yang kedua sejak dua bulan terakhir. Pada 6 April lalu, pesawat TNI-AU jenis F-27 Troopship nomor registrasi A-2703 jatuh dan terbakar di Lanud Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat. Enam awak pesawat dan 18 prajurit elite Pasukan Kas TNI-AU (Paskhasau) tewas.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sore kemarin memanggil para petinggi TNI dan menteri pertahanan untuk membahas penanganan musibah jatuhnya pesawat Hercules C-130 di Magetan. Presiden memerintahkan TNI untuk melakukan investigasi menyeluruh guna memastikan penyebab jatuhnya pesawat angkut TNI-AU tersebut.
Rapat berlangsung mulai pukul 16.00 wib. Hadir Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, KSAU Marsekal Soebandrio, KSAD Jenderal Agustadi Sasongko Purnomo, KSAL Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno, serta Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono.
Meski beberapa kali terjadi musibah, rapat kemarin memutuskan untuk tetap mengoperasikan pesawat Hercules milik TNI untuk berbagai aktivitas. Dengan demikian, dipastikan TNI tidak memberlakukan larangan terbang bagi pesawat Hercules.
''Sambil terus melaksanakan investigasi atas kecelakaan ini, tugas-tugas pertahanan negara serta tugas-tugas untuk kepentingan latihan, pendidikan, angkutan, personel dan lain-lain tetap dilaksanakan sebagaimana mestinya,'' ujar Presiden.
Menurut Presiden dalam pengoperasian pesawat, TNI harus ekstra keras memastikan keselamatan dan keamanan penerbangan. ''Itu yang saya instruksikan kepada jajaran TNI, terutama TNI-AU. Dengan demikian, di satu sisi tugas pokok tetap dapat dilaksanakan, di sisi lain keamanan dan keselamatan bagi mereka yang menerbangkan pesawat-pesawat angkut itu maupun yang menaiki pesawat itu juga dapat dijamin,'' tegasnya.
Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menyatakan, pihaknya menduga penyebab kecelakaan tersebut adalah faktor cuaca. ''Memang kondisi waktu itu ground fog. Jadi, ada kabut di darat,'' jelasnya.
Menurut dia, di Lanud Iswahyudi saat pagi sering ada kabut. ''Seperti kita ketahui, memang dalam perubahan iklim ini cuaca tidak menentu, baik di udara darat maupun lautan,'' katanya.
Dalam kesempatan itu, dia meminta maaf kepada masyarakat di Kecamatan Keras, Magetan, atas peristiwa tersebut. Mengenai korban dari kalangan sipil di pesawat, Panglima TNI menjamin semua adalah keluarga anggota TNI. ''Tidak benar kalau penerbangan ini dikomersialkan. Ini penerbangan rutin. Semua keluarga militer, termasuk istri Pangkosek. Mertua dan anaknya juga ada,'' ujarnya.
Di tempat terpisah, Kadispen TNI-AU Marsekal Pertama TNI FHB Soelistyo mengungkapkan, pesawat Hercules yang jatuh itu tergolong bukan pesawat lama. Pesawat tersebut baru dibuat pada 1980. ''Masuk jajaran TNI-AU pada 1994,'' jelasnya di kompleks TNI-AU Halim Perdanakusumah kemarin (20/5).
Dia menuturkan, pesawat tersebut juga belum lama melakukan perawatan terakhir, yakni pada 19 Mei. ''Terlalu dini untuk menyebutkan penyebab jatuhnya pesawat. Ada tim yang akan mengevaluasi,'' kata Soelistyo saat ditanya tentang penyebab kecelakaan pesawat.
Prioritas saat ini yang dilakukan adalah evakuasi serta perawatan korban. Dia juga menyatakan segera membawa jenazah ke rumah duka. ''Yang paling penting adalah bagaimana merawat jenazah,'' ujarnya.
Dijelaskan pula, pesawat itu dioperasikan untuk dukungan personel dan logistik. Operasional itu merupakan misi yang rutin dilakukan.
Di sisi lain, mantan Panglima Komando Pertahanan Nasional (Pangkohanudnas) Djoko Poerwoko menegaskan bahwa jatuhnya pesawat militer tersebut tak lain karena anggaran perawatan pesawat yang dikucurkan pemerintah sangat kurang.
''Meski perawatannya sesuai prosedur, kalau tim ahlinya tidak digaji dengan baik, bisa saja lho menyebabkan pesawat miring-miring,'' ujarnya.
Karena itu, dia berharap pemerintah meningkatkan perhatian terhadap armada militer. Sebab, hal tersebut merupakan kekuatan bangsa. Menurut dia, personel angkatan udara militer perlu digaji setara dengan personel pesawat udara swasta.