JAKARTA - Lelucon yang menyebut Noordin melihat TV One saat penggerebegan terbukti. Bahkan, Ibrohim yang tewas di rumah Muh Djahri sengaja diumpankan agar Noordin tahu kemampuan Densus 88 termutakhir.
Saat penggerebegan berlangsung, polisi kini yakin Noordin mengawasi dari suatu tempat di Jawa Tengah. "Dia hendak melihat kemampuan pungdamah (pengepungan dan penggeledahan rumah) terbaru," kata seorang perwira analis Mabes Polri pada Jawa Pos kemarin.
"Ibrohim sudah muncul namanya beberapa hari setelah peledakan. Noordin yakin sudah tidak berguna lagi untuk dirawat, maka diumpankan saja di Temanggung," ujar peneliti terorisme dan intelijen Dr Wawan Purwanto di Jakarta, Rabu (12/8).Wawan yang pernah menjadi dosen tamu di Sekolah Tinggi Ilmu Intelijen Negara ( STIN) itu menilai kecerobohan Ibrahim membuat operasi yang dirancang rapi oleh Noordin gagal total. "Dia menghidupkan handphone sesuatu yang amat sangat dilarang dalam kerja kelompok ini," katanya.
Saat penggerebegan berlangsung, polisi kini yakin Noordin mengawasi dari suatu tempat di Jawa Tengah. "Dia hendak melihat kemampuan pungdamah (pengepungan dan penggeledahan rumah) terbaru," kata seorang perwira analis Mabes Polri pada Jawa Pos kemarin.
Teknik Densus 88 yang dilatih langsung oleh instruktur dari SWAT (Special Weapon Attack Team) Amerika Serikat kini telah bocor dengan amat lugasnya di mata Noordin. "Kami yakin mereka sudah melakukan analisa dan menyusun cara escape (melarikan diri, red) yang tepat," kata polisi yang pernah kursus anti teror di Singapura itu.
Karena itu, secara khusus Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri telah mengadakan pertemuan informal dengan pemimpin redaksi televisi Selasa lalu (11/08). Salah satunya adalah meminta media televisi tak terlalu vulgar menayangkan operasi Densus 88.
Bocornya teknik serangan itu benar-benar mengkhawatirkan. "Sekarang mereka tahu ada robot pengintai, mereka tahu ada breaching charge (bom pendobrak, bentuk bujur sangkar, red) dan pola penempatan sniper," katanya dengan nada lemas.
Apakah itu berarti kinerja Densus bakal dievaluasi? Perwira itu memastikan. "Jelas. Kita juga merekomendasikan agar pemberian hak siar ekslusif pada salah satu televisi swasta dipertimbangkan," katanya.
Direktur Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Rizal Darmaputera menilai, Densus 88 harus melakukan evaluasi total. "Apalagi sekarang ada sumbangan donor dari negara asing yang setiap saat bisa saja dicabut," kata Rizal kemarin.
Dia juga khawatir jika operasi penggerebegan teroris itu akan merembet ke arah pengawasan pada kegiatan keislaman. "Harusnya dipisahkan secara tegas antara teroris dan aktivitas gerakan Islam. Tidak semuanya tersangkut. Densus harus hati-hati,” kata pria yang sudah beberapa kali meriset terorisme langsung di bumi jihad Afghanistan itu.
Di bagian lain, seorang sumber Jawa Pos yang sekarang berada di lapangan dan membantu proses pengejaran menjelaskan operasi tetap digelar. "Kita masih mengembangkan data-data terbaru dari Temanggung, kita sangat hati-hati sekarang," katanya saat dihubungi melalui ponsel kemarin.
Salah satu yang dikejar adalah Saefuddin Jaelani, perekrut Dani, bomber JW Marriott. "Kita tidak memastikan kapan selesainya." Ujarnya.Yang jelas, saat ini , posisi perwira menengah itu masih berada di sebuah kota perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Orang-orang baru ini bersenjata. Mereka sudah sangat faham metode pengendusan Densus dan berlindung menggunakan simpatisan-simpatisan lugu," katanya. Salah satu pelapis Noordin adalah Taufik alias Muhammad Azzam, yang pernah juga terdeteksi di Poso, Sulawesi Tengah tahun 2006-2007.
Selain itu, ada nama Baridin, alumnus Afghanistan yang lolos saat disergap di Cilacap Juni lalu. "Yang lain adalah nama lama yakni Tedi alias Reno alias Mubarok. Kita belum punya fotonya, belum punya sidik jarinya, dan belum punya sampel pembanding dna-nya," kata alumnus Akpol 1992 itu.
Menurut dia, simpatisan lugu yang digunakan untuk berlindung Noordin adalah orang-orang yang selama ini pernah berurusan dan mempunyai dendam terhadap polisi khususnya Densus 88.
"Itu bisa siapa saja. Ratusan jumlahnya," katanya. Orang-orang itu adalah mereka yang pernah diperiksa dalam berbagai kasus terorisme sejak 2000. "Juga bisa keluarganya. Seperti Moh Djahri yang tiba-tiba diinapi Ibrohim," ujarnya.
Hubungan kekerabatan memang menjadi sarana berlindung paling aman. "Kalau ada tamu dibawa oleh saudara sendiri tentu tidak curiga dan sungkan untuk menolak," katanya.
Dikonfirmasi soal pengejaran, Kadivhumas Mabes Polri Irjen Nanan Soekarna hanya menjelaskan kalau tim masih di lapangan. "Yang terlibat di bom Marriott belum tuntas semua. Masih ada yang kita buru," kata mantan Kapolda Sumatera Utara itu.
Nanan yakin mereka segera diringkus. "Semua sudah dipelajari oleh tim yang di lapangan. Mari kita percayakan dan menunggu hasilnya," katanya.
Sumber : Radar Pekalongan
0 komentar:
Posting Komentar