Minggu, 09 Agustus 2009

Penyergapan 17 Jam Itu Berakhir

Pengepungan Densus 88 Antiteror selama 17 jam atas rumah Muhzuhri di Desa Beji, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yang dijadikan tempat persembunyian gembong teroris Noordin M. Top, berakhir pada Sabtu pukul 09.50 WIB setelah seorang penghuninya tewas terbunuh dalam penyerbuan pagi itu.
Akan tetapi, penyergapan yang berlangsung menegangkan itu masih menyisakan tanda tanya karena sampai Sabtu siang belum ada keterangan resmi dari petinggi Polri bahwa yang tewas di dalam rumah itu memang Noordin M. Top.
Meski demikian, kabar kematian Noordin sebenarnya sudah beredar Jumat malam, bahkan sejumlah media asing melalui situsnya sudah melaporkan kematian teroris yang banyak terlibat dalam sejumlah peledakan di Indonesia itu.

Melihat reaksi rileks dan saling jabat tangan antarpersonel Densus 88 setelah melakukan operasi itu, sepertinya mengindikasikan bahwa target utama yang selama tiga tahun menjadi buruan aparat keamanan ini, memang benar Noordin M. Top.
Tetapi, sekali lagi, untuk memastikan kebenaran kematian Noordin M. Top masih harus menunggu keterangan resmi Polri dimana menurut rencana, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri pada Sabtu siang mengunjungi lokasi kejadian.
Sebelum penghuninya dinyatakan tewas, 40 menit sebelumnya rumah itu diledakkan dengan bom berkekuatan rendah yang merusakkan bagian depan rumah Muhzuhri.
Sekitar pukul 09.40, tiga polisi dari arah belakang rumah membongkar pintu lalu memberondong peluru ke dalam rumah tanpa ada perlawanan dari penghuni.

Rangkaian operasi Densus 88 bermula ketika pada Jumat sore menangkap tiga orang dari lokasi berbeda, yang diduga mengetahui keberadaan Noordin.
Densus tidak membuang waktu lama, setelah menciduk Aris, Hendra, dan Muhdaroni, langsung menuju ke rumah Muhzuhri yang diduga menjadi tempat persembunyian Noordin.

Sekitar pukul 17.00 WIB, polisi mengepung rumah Muhzuhri, namun aparat tidak mau mengambil risiko dengan langsung merangsek ke dalam rumah. Polisi sangat hati-hati bertindak sambil mengumpulkan informasi atas apa yang ada di dalam rumah itu.
Karena itu, hingga pukul 04.00 WIB seolah tidak ada perkembangan berarti dalam penyergapan itu. Ada kekhawatiran di rumah ini tersimpan bahan peledak.
Polisi baru bergerak lebih agresif mulai Sabtu pagi sekitar pukul 07.50 dimana paling tidak pada waktu itu terdengar empat kali ledakan keras dari rumah itu. Selanjutnya, polisi terus meningkatkan serbuannya dengan meledakkan bagian depan rumah Muhzuhri hingga bagian depan dan belakang rumah itu rusak.
Setelah itu dilakukan penyergapan dari semua sisi, termasuk dari atap rumah.
Polisi baru menghentikan penyerbuannya setelah memperoleh kepastian bahwa seorang penghuni di rumah itu sudah tewas.

0 komentar:

Posting Komentar

Suara Merdeka CyberNews